Tadi siang ada yang bertanya spt ini :
'Kalau sudah mapan, apa lagi sih yang dikejar ? Kok masih toh-tohan banget, bahkan sampe bagi fokus jalankan bisnis MLM Tiens ?'
Salah satu jawabannya adalah menghindari zona nyaman.
Di 2012 saya merasa di puncak segalanya, ketika semua begitu mudah digapai, sampe Allah mengingatkan dengan kebakaran di Bumi Maicih 1 Juni 2013. Sejak saat itu saya tau ada yang salah dengan pola hidup saya, dan saya berjanji akan mengubah tatanan hidup ini dengan terus bertumbuh, menghindari rasa malas karena bergelimangan harta yang sebenarnya belum seberapa sih (dasar manusia ya kalau udah sombong itu ngaco ?)
Tapi justru ketika saya berjanji utk berubah, jalan bukannya mudah, malah semakin berat sampe akhirnya di pertengahan 2014 saya bertemu bisnis Tiens yang mengajarkan saya untuk buang ego, gengsi, jauh dari zona nyaman.
Di titik di mana saya mulai jalankan Tiens inilah, saya tersadarkan bahwa jauh sebelum saya punya kemapanan, saya bukanlah siapa-siapa. Dan yang membuat saya bisa ada di titik sekarang ini adalah dengan menghargai uang kecil dan sukses bukanlah sekedar bicara kebahagiaan diri sendiri, tapi lebih dari itu adalah membantu banyak orang menggapai kesejahteraannya hingga membuat hidup kita lebih bermakna.
Logika sederhananya, gimana Allah mau memampukan kita menggapai pencapaian yang besar kalau yang kecil saja tidak kita jemput dan tidak kita syukuri. Kemudian gimana Allah mau berikan kita kesuksesan besar kalau kita hanya selalu memikirkan perut kita sendiri ?
Zona nyaman setiap orang pun berbeda. Seperti mitra saya Bu Lies, branch manager bank Mandiri ini sudah super nyaman dengan pekerjaannya selama ini, tapi kemarin beliau ngeuh dengan apa yang kita arahkan, beliau hari ini mau keluar dari zona nyamannya untuk berjuang bersama di Tiens, walau sudah tau konsekuensinya adalah waktu semakin padat dengan jadwal bisnis Tiens plus kewajibannya di Bank Mandiri. Tapi ya kalau mau sukses ? Lupakan zona nyamanmu. Hidup cuma satu kali, kalau bisa membuat hidupmu punya banyak manfaat dengan keluar dari zona nyaman, kenapa tidak ?
Life begins at the end of your comfort zone.
Comments
Post a Comment